Senin, 14 November 2011

Buka Jalan untuk Kaum Muda!


Oleh : jack salatin

Kekalahan PDI Perjuangan dalam pemilu di era reformasi yang disebabkan oleh “pemimpin-pemimpinnya yang lupa diri”, kebangkrutan ideologi-politik partai (meninggalkan garis massa), dan tereksposnya kebusukan wakil partai di parlemen – tiga kenyataan ini dalam kesatuannya telah mendegradasi perolehan suara PDI Perjuangan pada pemilu 2009 sebesar 14 juta suara atau kehilangan 20 juta suara dibanding pada masa gemilangnya tahun 1999 dengan memperoleh 35 juta suara pemilih. Luar biasa!!! Kenyataan ini tak dapat diperbaiki dalam periode yang singkat. Popularitas PDI Perjuangan sebagai partai pembela wong cilik lambat tapi pasti semakin tergeser. Dalam sejarah partai politik di Indonesia “pada masa damai” belum ada satupun partai politik yang mengalami kebangkrutan suara seperti yang dialami PDI Perjuangan. PKI dan PNI, organisasinya hancur berantakan karena para pemimpin, kader dan pengikutnya mengalami “genosida”  oleh rezim militer saat itu. Berbeda juga dengan Golkar yang berubah nama menjadi partai golkar yang juga menurun perolehan suara karena golkar yang representasi dari orde baru pernah menjadi musuh bersama pada masa bergolaknya reformasi.
Generasi yang lebih tua, karena sudah menderita kekalahan-kekalahan yang telak, akan meninggalkan gerakan dalam jumlah yang besar. Tentu saja, bahkan di antara para kader partai yang dulu pernah bangkit ke depan, tidak sedikit dari mereka yang letih dan patah-semangat. Mereka ini akan tetap menjadi penonton di pinggiran, setidaknya untuk periode selanjutnya. Ketika sebuah program atau sebuah organisasi terkikis habis, maka generasi yang memanggul program atau organisasi tersebut di pundaknya akan terkikis habis bersamanya juga.
Gerakan massa akan dibangkitkan kembali oleh kaum muda yang bebas dari tanggungjawab masa lalu. Sudah saatnya PDI Perjuangan memberikan perhatian yang khusus kepada generasi muda. Hanya rasa antusias yang baru dan jiwa agresif kaum muda yang dapat memastikan keberhasilan-keberhasilan awal dari perjuangan; dan hanya keberhasilan-keberhasilan inilah yang dapat mengembalikan elemen-elemen terbaik dari generasi yang lebih tua ke jalan kemenangan. Begitulah dulu, maka begitulah juga di masa yang akan datang.
Para skeptis bertanya: Tetapi, apakah waktunya sudah tiba untuk memunculkan kaum muda dikalangan partai? Mereka mengatakan: tidak mungkin kita bisa memilih kaum muda secara “artifisial”; ia hanya bisa lahir dari peristiwa-peristiwa besar, dsb, dsb. Semua keberatan ini hanya menunjukkan bahwa para skeptis ini tidak berguna sama sekali dalam membentuk sebuah organisasi partai yang modern yang berkembang pada jamannya. Mereka tidak berguna sama sekali dalam segala hal.
Pemimpin muda telah lahir dari peristiwa-peristiwa besar: yakni kekalahan-kekalahan terbesar kaum tua di dalam sejarah. Sebab dari kekalahan-kekalahan ini dapat ditemukan di degenerasi dan pengkhianatan kepemimpinan yang lama. Tetapi, apakah waktunya sudah tiba untuk memproklamasikan pemimpin muda? ... para skeptis ini tidak bisa diam. Kita jawab: pemimpin muda perlu “diproklamasikan” sekarang. Ia eksis dan ia berjuang. Apakah ia lemah? Ya, anggotanya tidak banyak karena ia masih muda. Mereka masih merupakan kader-kader muda. Tetapi kader-kader ini adalah janji masa depan. Siapa saja yang tidak bisa melihat ini sekarang, biarlah mereka berdiri di luar untuk saat ini. Esok hari, semuanya akan tampak lebih jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puan Maharani Jauh Lebih Unggul dari Hidayat Nur Wahid
Caroline Damanik | Senin, 27 April 2009 | 15:53 WIB


Puan Maharani
JAKARTA, KOMPAS.com — Meski jauh lebih muda secara usia, putri Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani, unggul telak dari caleg Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid, dalam perolehan suara di daerah pemilihan Jawa Tengah V.
Puan unggul dua kali lipat dari Hidayat yang kini menjabat sebagai Ketua MPR ini. Puan memperoleh 242.504 suara, sedangkan Hidayat dengan perolehan 106.521 suara.
Selain unggul dari Hidayat, Puan juga unggul atas sejumlah nama tenar di Jateng V, yaitu mantan pemain bulu tangkis Icuk Sugiarto yang diusung Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan artis Tamara Geraldine dari Partai Damai Sejahtera (PDS). Di dapil ini pula, PDI-P memimpin perolehan suara dengan total suara 496.176 suara dan diikuti oleh Demokrat dan Golkar.